Berkaca pada Sosrokartono
Oleh
Rosidi
Bergiat di Ikatan Sarjana
Nahdlatul Ulama (ISNU) Cabang Kudus dan staf Humas Universitas Muria Kudus
(UMK)
BERBICANG
santai dengan Sunarto, bapak paruh baya juru kunci makam RMP Sosrokartono di
kompleks makam Sedomukti, depan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kudus, sehari
sebelum Ramadan, banyak pelajaran mengenai kearifan hidup dari kakak kandung RA
Kartini yang dikemukakan.
Banyak
kearifan Eyang Sosro yang dituturkan sang juru kunci itu, yang sebenarnya
sangat pas menjadi pelajaran hidup bagi rakyat Indonesia, bahkan menjadi pesan
moral yang demikian berharga bagi mereka yang maju dalam proses demokrasi, baik
itu pemilihan legislatif, pemilihan presiden, hingga Pilkada untuk memilih
Bupati/ Walikota/ Gubernur.
Sosro, seperti
dikisahkan Sunarto, adalah sosok yang trimah
mawi pasrah, suwung pamrih tebih ajrih. Yaitu menerima ketentuan Tuhan
dengan penuh rasa tawakkal, tidak pamrih jika menolong, dan tidak memiliki rasa
takut.
Tokoh bangsa
yang konon merupakan guru spiritual Presiden RI pertama, Ir Soekarno, ini juga
dikenal berpegang teguh pada laku
(ajaran hidup) ‘’Nulung pepada ora
nganggo mikir wayah, waduk, kantong. Yen ono isi lumuntur marang sesami’’ (Menolong
sesama tanpa kenal waktu, perut, dan kantong. Bila ada isinya, diperuntukkan
bagi sesama).
Ajaran lain Sosrokartono
yang begitu dikenal, yaitu falsafah ‘’Sugih
tanpa banda, digdaya tanpa aji, ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake’’
(Kaya tanpa harta, sakti tanpa azimat, menyerbu/menyerang tanpa pasukan, dan menang
tanpa merendahkan).
Ya, ajaran
hidup yang begitu luhur dari Sosrokartono ini, terasa begitu jauh dari
kenyataan hidup masyarakat kita saat ini. Andai para pemimpin negeri ini memiliki
dan berpegang pada falsafah hidup yang di-ugemi
sarjana pertama asal Indonesia di Belanda ini, tentu rakyat akan bahagia, dan kesejahteraan
rakyat bukanlah hal yang mustahil diwujudkan.
Falsafah hidup
Sosrokartono yang lain, yang dikenal dengan ‘’Catur Murti’’, bahkan menjadi
pesan penting bagi para tokoh bangsa baik di daerah maupun di tingkat nasional,
tentang bagaimana sebenarnya profil pemimpin yang sangat dirindukan rakyat.
Catur Murti,
yakni bersatunya empat hal dalam diri sehingga ada keselarasan dalam menjalani
hidup. Empat hal itu adalah pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan. Dengan
begitu lah, hidup akan menjadi tenteram dan bersahaja.
Falsafah ini memberikan
pemahaman, bagaimana menjadi memimpin yang baik. Dalam bahasa sederhana, paling
tidak, bagaimana pemimpin itu tidak mengingkari janji-janjinya dan bisa menjadi
teladan yang baik bagi rakyat yang
dipimpinnya. (*)
0 Response to "Berkaca pada Sosrokartono"
Post a Comment